Makan-Makan Di @ Home, Tidak Perlu Bersama Om Om


Hai halloo, selamat pagiii.. :3

Walaupun matahari sudah jauh meninggalkan ufuk pagi, saya tetap menulis kata-kata itu untuk menyapa followers saya di twitter. Ah, tipikal.

Baik, saya akan mengajak kalian ke suatu resto di daerah bekas jajahan saya, balikpapan baru. Balikpapan baru sempat saya jajah selama kurun waktu hampir lima tahun terakhir, dan akhirnya mereka terbebas ketika saya direkrut oleh salah satu bank yang berdomisili di gunung sari.

@ home resto. Ya, namanya memang demikian. Dinamakan @ home mungkin karena di rumah dina sudah tidak ada makanan lagi, trus dimakan deh rumahnya~ #halah. Mm..mungkin maksudnya biar kesannya nyaman kayak di rumah gitu kali, ya. Lokasi resto ini, berada di komplek ruko Balikpapan baru, masih satu blok dengan kantor cabang bank mandiri, tepat di sisi kiri dari bank mandiri.

Resto ini terkesan modern. Interiornya didesain dengan apik. Dengan adanya beberapa ornamen di beberapa sudut ruangan ini, membuat suasana resto ini menjadi cukup nyaman.

Yang menarik buat saya pertama kali adalah, sang pelayan yang menulis pesanan kita dengan menggunakan PDA! Hmm, walaupun PDA udah kebanting banget setelah kemunculan smartphone-smartphone kekinian, tapi tetap saja hal ini menarik bagi saya. Mungkin karena ini di Balikpapan, kalau di Jakarta, memang sudah banyak yang menggunakan PDA, bahkan tablet.

Oke, menu yang paling famous di sini adalah ayam penyet, dan kali ini saya mencoba memadukannya dengan nasi bakar. Nasi bakarnya haruuum. Ini model-model nasi gurih gitu, dipadu semacam cakalang suwir berbumbu pedas, dibungkus daun pisang dan dibakar dengan tingkat kepanasan tertentu. Aih, semlehoi! :3




Walaupun namanya ayam penyet, tapi nyatanya ayamnya tidak dipenyet, diutuhkan saja macam ayam goreng. Disajikan di atas cobek kayu dengan daun kemangi, mentimun, sambel, kemudian ditutup oleh kremesan. Ini ayamnya empuk banget! Tidak susah memisahkan daging dengan tulangnya ayamnya. Oh ya, sambelnya pun hautjek, pedas gilak!

Untuk pemadam kepedasan, es campur ini cukup tangguh untuk menghalau rasa pedas sambelnya. Selain itu, cocok juga jadi menu pencuci mulut, karena begitu banyak potongan buah terpendam di dalam gelas yang cukup besar ini. Ada yang unik, di sini @ home tidak memakai es serut, tapi lebih menyerupai es krim karena saya mendapatkan tekstur yang smoothies, berwarna cenderung kuning, dengan rasa buah yang dominan.

Overall, pelayanannya cepat meskipun ramai, meja kotor yang selalu cepat untuk dibersihkan, harga yang tidak terlalu mahal untuk ukuran resto, membuat @ home ini recommended lah ya untuk teman-teman daerah selatan Balikpapan yang galau makan di mana. Makan di @ home, tidak perlu bersama om om! :3






--------------------------
 
Tulisan di bio Twitter-nya: Your culinary guide around Balikpapan, sementara profil blognya: Everyday is Delicious. Yak, yang baca siap-siap ileran dan mendadak laper!
Baca selengkapnya »

ORANG: Mira Anantha dan Beasiswa Jepang


Tak ada yang tak mungkin
Selama masih bisa bernafas didunia
Untuk tahu seberapa jauh kaki bisa melangkah
Jangan kenal lelah, berjuang dengan tekad
Semangat pantang menyerah
Injak tujuh benua, seberangi tujuh samudera
Going abroad. Dua kata yang melekat sebagai definisi mimpi bagi Mira Anantha Yosilia sejak dulu. Sejak SMP, bahkan mungkin lebih lama dari itu. Semakin lama bukannya semakin pudar, justru ia makin giat mengejar. Hingga akhirnya, mahasiswi Geografi UGM ini harus "merelakan" separuh dari semester 7 nya di Jepang.

Basa basi tentang cuaca emang kurang relevan kalo di Indonesia, tapi karena kamu di Jepang boleh dong ya ditanya: How's the weather?
Sekarang lagi musim gugur. Kalo pagi suhunya bisa sampe 14 °C, kalo siang bisa 18 °C − 23 °C. Kata orang lokal, suhu disini cepet berubah, apalagi pas musim dingin, suhunya bisa minus, soalnya kita di northern part of Japan, bawahnya Hokkaido. Jadi kita disuruh jaga kesehatan. Hari minggu, 30 September, ada typhoon dateng sekitar jam 12 malem. Untungnya ga kenapa-napa, cuma suaranya diluar heboh banget. Terus hampir tiap hari kita ngerasain gempa kecil, ga cuma di prefektur Iwate, tapi prefektur Miyagi juga kena.

Kamu udah jalan-jalan kemana aja?
Kalo ditanya gitu, jujur saya bingung jawabnya, saking banyaknya tempat yang dikunjungin, terutama pas awal-awal nyampe Jepang. Soalnya kebanyakan programnya masih orientasi dan pengenalan Jepang dulu. Hmm pertama nyampe di Narita, Tokyo. Besoknya ke Harajuku cuma numpang makan, lanjut ke Kanagawa. Habis tu jalan ke Yokohama, Kitakami, Tono, Hiraizumi, Sendai, Tenei (Fukushima), Hanamaki, Morioka, dan Kamaishi. Itu nama kotanya. Kalo tempat-tempat yang lebih spesifik, rada banyak jadi ga mungkin disebutin satu-satu. Hehe.

Wah banyak juga kota yang dimampirin. Sempet culture shock nggak?
Nggak sampe culture shock juga sih, tapi jelas banyak yang beda. Misalnya pas pertama nyampe hotel, koordinator program ini bilang secara khusus, more or less like, “Indonesians, please don’t mandi!”. Jadi dia kira definisi "mandi" itu kegiatan pake gayung cebar-cebur yang bikin basah lantai kamar mandinya. Terus toiletnya canggih bener. Pertama masuk, saya katrok banget. Soalnya ada macem-macem tombol. Dua atau tiga jenis cebok otomatis (bisa diatur tekanannya, dari tekanan kecil ke tinggi). Kalo kita nggak duduk di toilet dengan benar (misal jongkok atau berdiri), mencet tombol cebok pun airnya nggak bakalan keluar, jadi mesti bener-bener duduk. Ada juga tombol khusus ngeluarin bunyi air mengalir dari kran yang volumenya bisa diatur. Fungsinya sih biar orang lain di toilet sebelah gak denger suara pipis atau suara ngeden. Haha. Ada juga buat penghangat dudukan klosetnya (secara disini cuaca dingin banget) dan deodorizer otomatis.

Kalo gaptek nggak bisa pipis
Jepang kayaknya menghargai banget ibu-ibu yg punya anak balita. Jadi di toilet umum biasanya ada toilet khusus buat ibu-ibu yg bawa bayi atau balita. Dalemnya toilet khusus itu ada tempat duduk buat bayi yang aman, sementara si ibu buang hajat. Ada juga tempat buat ganti popoknya. Kadang ada tempat buat cewek-cewek dandan yang jadinya malah mirip salon. Trus waktu di Fukushima, kita ngerasain ryoukan atau Japanese inn. Pas nginep disana berasa banget lagi di Jepang. Kamar mandinya model onsen (pemandian air panas) umum dimana nggak boleh pakai kain sehelai pun. Untungnya masih dipisah antara laki-laki dan perempuan. Lantai kamar tidurnya beralaskan tatami, trus tidur pake futon kayak tempat tidurnya Nobita di Doraemon. Dan maaasih banyak lagi.

Menyiapkan futon
Eh sebenernya kamu lagi ikut program apa sih ini?
Jadi pemerintah Jepang ngadain program namanya Kizuna, khusus buat belajar rekonstruksi dan revitalisasi daerah pasca Great East Japan Earthquake 11 Maret 2011 lalu. Sekaligus bentuk terima kasih kepada negara-negara yg udah ngirim banyak bantuan. Nah, program ini yang nyelenggarain gak cuma dari satu organisasi, tapi banyak dan macem-macem. Saya ikut yang diselenggarain Japan Overseas Cooperative Association (JOCA). Program ini turut mengundang seluruh negara ASEAN plus India, Timor Leste, Australia dan New Zealand karena negara-negara tersebut telah membantu Jepang setelah bencana gempa dan tsunami melanda.

Program ini menawarkan 4 tipe course:
a) Field Work Program: Reconstruction after the Great East Japan Earthquake and Revitalization in the Region (Iwate Prefecture)
b) Field Work Program: Reconstruction after the Great East Japan Earthquake and Industrial Restoration (Miyagi Prefecture)
c) Study Program + Field Work Program: Human Resource Development for Peacebuilding and Reconstruction after the Great East Japan Earthquake and Industrial Restoration (Hiroshima Prefecture)
d) Study Program + Field Work Program: Short-term Study University Program to learn Reconstruction efforts after the Great East Japan Earthquake and Industrial Restoration.

Saya ikut course A, karena satu-satunya yang nawarin akomodasi homestay, sementara yang lain di hotel, dormitory, atau apartemen. Untuk course A dan B programnya cuma sekitar 3 bulan, kalo C dan D sekitar 5 bulan karena mereka kuliah di universitas Jepang (mereka ke lapangan cuma 3 x 4 hari). Kalo A dan B lebih sering ke lapangannya. Saya juga gamau lama-lama karena ntar kuliah di Indo jadi lama lulusnya. Lagian saya lebih prefer ke lapangan, daripada duduk dengerin kuliah.

Selama disana, kegiatan kamu ngapain aja?
Tur ke disaster site, diceritain gimana kejadiannya sambil liat puing-puing tsunami, jadi relawan bersih-bersih tsunami debris, ngeliat apa aja yang mereka lakukan buat ngebantu korban tsunami, kegiatan-kegiatan community development. Di Fukushima kami nyobain bertani. Fukushima ini salah satu daerah yang terkontaminasi radioaktif karena gempa, namun sekarang sudah teratasi dan sudah bisa memproduksi hasil pertaniannya yang bebas radiasi. Kami juga main ke tempat wisata seperti theme park, museum, kuil, dan ikut festival daerah. Dan bikin mochi!

Menumbuk adonan mochi
Mengolah adonan
     
     

Jadi semangat pengen daftar! Boleh diceritain nggak tahap seleksinya gimana?
Seperti kebanyakan program beasiswa, yang diperlukan itu transkrip nilai (IPK), application form, CV, proof of student registration, certificate of medical examination, sama fotokopi paspor kalau ada. Semuanya dikirim via email. Pengumuman keterimanya juga dikirim lewat email, tapi yang nggak keterima nggak dapet. Program ini seleksinya terbilang longgar karena nggak perlu nyertain sertifikat TOEFL dan nggak ada seleksi wawancara. Untuk course C dan D yang semula dikira sulit karena harus menghubungi universitas yang dituju, ternyata nggak perlu karena pilihan universitasnya udah disediakan dan diurus oleh pihak JOCA. Gampang kok, nggak ribet.

Apa aja yang termasuk pembiayaan beasiswa?
Semua biaya ditanggung JOCA. Dari tiket pesawat pulang pergi (kalo kemarin saya dapet tiket Jogja-Jakarta-Narita (Jepang) PP), biaya visa, akomodasi, makan, transportasi di Jepang, dan lain-lain yang menyangkut program. Bahkan biaya taksi dari rumah ke bandara juga diganti! Daily necessities kayak sampo, sabun, deterjen selama tinggal di Jepang juga dibiayain. Sayangnya kita nggak dapet uang saku pribadi, misalnya untuk beli oleh-oleh dan semacemnya. Kalo kita beli makan atau keperluan sehari-hari, struknya juga harus dikasih. Misalnya dapet 600 yen buat jatah makan diluar, kalo kita beli makan kurang dari segitu, sisa duitnya harus dibalikin lagi. Jadi nggak bisa dimasukin kantong buat disisihin beli oleh-oleh.

Kamu punya tips atau trik nggak untuk pencari beasiswa?
Apa ya.. Yah yg paling penting sih "take every opportunities". Kita nggak tau rejeki kita dimana, jadi kalo ada beasiswa yang kualifikasinya pas, coba aja daftar. Nggak semua orang langsung dapet beasiswa saat pertama kali daftar. Gagal itu wajar. Orang yang sukses dapet beasiswa ke luar itu ada yang nyoba sampe lebih dari 100 kali. Masa baru 5 kali gagal aja udah patah semangat. Terus, kalo ngisi aplikasi beasiswa jangan H-1 apalagi pas hari H. Langsung dicicil begitu tau ada beasiswa, jadi aplikasi kita isinya bermutu, nggak asal jadi. Jangan lupa minta didoain orangtua biar kita lolos. Doa ortu biasanya lebih efektif. Jangan males, toh kalo dapet beasiswanya, usaha yg udah dilakuin rasanya terbayar, bahkan angsul :-D

Link penting yang wajib dipantengin untuk update info beasiswa?
Wah apa ya. Saya juga masih baru nih. Saya sih sering dapet info beasiswa dari grup FB namanya Pemburu Beasiswa dalam dan luar negeri (INDONESIA).  Liat files-nya, lengkap banget deh program-program beasiswa maupun tips-tipsnya.

Dalam aplikasi beasiswa, biasanya bagian yang cukup sulit adalah menulis essay dan meminta surat rekomendasi. Gimana menurutmu?
Nulis essay nggak bisa dikerjain dalam sekejap, apalagi kalo temanya diluar pengetahuan kita. Biasanya sih saya nyari-nyari dulu  informasi yang berkaitan dengan tema. Kalo udah dapet inspirasi baru deh mulai nulis. Begitu selesai, minta orang lain buat baca dan tanya pendapatnya, karena kalo kita sendiri yang baca ulang, kita sering nggak tau dimana salah kita. Butuh orang lain buat ngasih tau apa yang kurang atau sebaiknya gimana. Untuk surat rekomendasi memang agak susah. Kalo cuma surat rekomendasi dari dekan atau wakil dekan sih biasanya mereka sudah ada formatnya gitu, kurang lebih isinya “anak ini berkelakuan baik dan pantas diberikan beasiswa” dan semacamnya. Nah, untuk surat rekomendasi yang detail, perlu penjelasan karakteristik kita dan kenapa kita layak dikasih beasiswa, biasanya itu dibuat sama dosen yang udah kenal banget ama kita. Saya pernah minta surat rekomendasi dari seorang dosen yang sama sekali ga kenal saya. Karena dosennya sibuk juga, jadi beliau minta saya bikin sendiri kalimatnya, ntar dia cek. Tapi akhirnya juga saya nggak keterima beasiswanya haha.

Setelah ini masih pengen nyari beasiswa nggak?
Jelas! Sekali dapet beasiswa, malah ketagihan ini pengen dapet lagi.

Kalo ada info beasiswa yang kriterianya sesuai banget sama kamu dan syaratnya mudah, kamu bakal bagi-bagi infonya nggak?
Biasanya saya cuma bagi-bagi info ke temen seperjuangan yang nyari beasiswa. Tapi karena udah dapet beasiswa ini, saya pengen semua orang juga bisa ngerasain dan dapet beasiswa juga. Jadi saya suka post di grup fb fakultas saya. Saya mikir, kalo Tuhan berkehendak beasiswanya emang buat kita, kita pasti lolos, walaupun infonya udah disebarin kemana-mana. Jadi, santai aja sih (setelah usaha maksimal tentunya)...

Kalimat penutup?
Yah jangan pernah berhenti mengejar beasiswa, karena beasiswa ga bakalan dateng dengan sendirinya. Harus dijemput dengan usaha dan doa. Haha klise banget :-p
Awali dengan mimpi
Tegarkan jati diri
Tuk jadi pribadi yang dapat mandiri
Memang semua misteri kini dan esok hari
Teruskan usaha, doa sampai saatnya nanti
--------------------------

Di tengah kesibukannya beraktivitas, berwisata, dan membuat laporan, Mira masih menyempatkan diri berbagi cerita melalui mirayos.blogspot.com.
Baca selengkapnya »

Nyepi Asik di Gunung Pancur


Kali ini saya menulis lagi! Haha preface-nya agak curhat gapapa dong ya. Di session ini, aku diamanahi untuk bikin photo journal berhubung aku suka wandering ngga jelas dan, oh ya! Jadi sebelomnya nih judul tugasnya (berdasarkan percakapan y!m aku dan si penggerak zine ini) malah agak lebih berat, which is me-review tempat asoy nan artistik di Balikpapan! Tapi karena liburan kemarin aku sedang menikmati rumah banget—yang mengakibatkan ngga beredar ke tempat-tempat yang sedang hype di Balikpapan layaknya AGB lain, em haha ngga juga ding, aku jalan-jalan kok, sesekali! Tapi dari tempat-tempat yang aku jajal itu, ngga ada tempat semenarik yang diharapkan sih, aku rasa. Long story short, diputuskanlah sebaiknya bikin photo journal bercerita sesukaku! Karena format ini dirasa sangat gue banget, potret dan tulisan, dengan deadline yang juga semau gue (huhu baik sekali ya tukang tagih ceritanya :P) baiklah aku mengiyakan. Ini bukan kisah tentang ngopi cantik di coffee shop yang baru buka, ini kisah dari sun catcher yang berkelana saat Minggu sore di bulan Agustus tanggal 5.


Sepintas, tampak ngga ada yang menarik dari rumah bergaya Belanda ini. Ah tipikal. Dalam sekali lihat juga ketebak kan, kalau ini adalah rumah di kompleks perumahan Pertamina. Yak, tepatnya berlokasi di Gunung Pancur. Sesungguhnya ngga dihapalin ini rumah nomer berapa. Dan karena aku bukan penghapal arah—ini menurut naluri dan ingatan haha, patokan buat ke sini adalah Gedung TVRI, parkir kendaraan di sana lalu jalan kaki sedikit ke atas dan lihat rumah di kanan jalan, ikuti terus jalan ke halaman belakangnya. Nah, terus yang membedakannya dengan rumah Pertamina lainnya apa dong? Gunung Pancur kan katanya banyak…. Hiii udah ah gamau baca, parno duluan! Duileh, lihat dulu dong yang di bawah ini..


Heuh, kebanyakan dengerin urban legend sih. Buka mata dong! Jadi aku mau lebay ya, halaman belakang rumah ini, menyimpan a little piece of heaven. Sanctuary. Ayunan dan bukit rumput hijau, ditambah dengan masih banyaknya pohon yang menyerupai hutan kecil. Direkomendasikan buat kamu yang ingin nyepi atau sekedar duduk menikmati Balikpapan dari atas. Bahkan, pemilik rumah ngga akan melarang kok, kalau kamu main ayunan. Mereka membuka pintu rumahnya lebar. Ditambah lagi, menurut sumber kredibel (haha berlebihan deh kamu Dhin!), nenek di rumah itu pernah menawari minum teh. Ramah dan welcome sekali ya.

..take a deep breath and give it a good swing



17.21


Sebenernya kawasan belakang rumah macem gini amat rawan buat jadi tempat pacaran dan foto ria jenaka, seperti yang terjadi di pekarangan tetangga hihi, tapi udah 2 kali aku ke sini dan sepertinya aman dan sepi-sepi aja. Aha ngomongin tempat pacaran, kayaknya boleh juga bikin picnic dating di sini. Gelar karpet, bawa keranjang berisi makanan selemari, voila! Saran aja sih hihi.

Waktu kemarin ke mari malah ada mas-mas sedang mojok sendirian sambil mendengarkan Separuh Aku-nya Noah dengan volume untuk dinikmati sendiri, haha serius nih ga boongan, ya, seperti tampak pada foto. Beruntung sekali aku ke sananya bersama 2 orang teman dan niat kami adalah pure untuk menangkap matahari sembari menunggu waktu berbuka puasa sehingga tidak mati gaya. Haha maafkan kalimat yang kurang informatif barusan. Oya seperti yang sudah ditulis di atas, kamu bisa melihat pemandangan Balikpapan dari atas sini. Duduklah di pinggir bukit, jika mau melihat dengan jelas. Overviewing jalanan beralur hutan kota dengan kapal-kapal yang mau berlabuh di sore hari itu eyegasm. Apalagi langit menjelang petang yang biru menuju pale pink, bikin pengin tobat deh haha. Aku suka mikir akan kebesaran Tuhan saat keindahan yang Dia ciptakan ditunjukkan ke kita, ya contohnya langit menuju petang itu, indahnya ga ada dua.. Haha ini another curhat part deh!






 Dan acara menangkap matahari ini pun berakhir ketika matahari sudah beralih mendekati peraduannya. Jadi begitu deh review sok asyik tentang pekarangan rumah asyik di Gunung Pancur. Karena ngga selamanya daerah itu identik dengan yang seram-seram hihi. Sampai jumpa lagi dalam jalan-jalan berikutnya!

--------------------------


Rachmadina Widyapianissa. Pembosan yang membosankan. Ngakunya gadis, tapi berkumis tipis. Sedang menempuh pendidikan desain di kota b-seberang tapi tetap cinta balikpapan. Foto-foto ini dijepret dengan kamera C510 dan Smena-nya. @remedene
Baca selengkapnya »

KOMUNITAS: Sekolah Rakyat


Suatu sore di bulan puasa, kami berkunjung ke Jl. Kol. H. Syarifudin Yoes RT 03 no.127C. Kecuali kamu pak pos atau kebetulan tinggal disana, pasti kamu nggak tau itu ada dimana. Oh, dan kecuali kamu pernah berkunjung ke Sekolah Rakyat. Jadi di salah satu teras warga di kelurahan Sepinggan sedang ada kegiatan belajar mengajar untuk anak-anak putus sekolah yang diadakan oleh temen-temen dari Sekolah Rakyat. Apa sih Sekolah Rakyat? Langsung simak cerita dari kepala sekolahnya!


Gimana sih awal mula terbentuknya Sekolah Rakyat (SR)?
Ada temen kami namanya Rahman, tinggalnya di Sepinggan. Dia yang ngasih tau kalo disana ada masalah di bidang pendidikan. Banyak anak-anak yang nggak sekolah karena nggak punya dana. Masih ada orangtua yang berpikir, “perut aja belum terpenuhi, mau menuhin otak”, kasarnya sih gitu. Saya dan dua orang teman, Aldy Fauzan dan Jaka Sandjaya, banyak membahas tentang masalah ini sampai kemudian bergerak menjalankan program yang kami namakan Sekolah Rakyat ini.

Konsep dasarnya seperti apa?
SR ini sekolah alam, bebas. Jadi kita juga nggak kasih bangunan gedung, nggak pake jadwal. Karena kita udah ngerasain lah gimana capeknya sekolah. Kami nggak mau buat sekolah yang membosankan, maunya bikin bentukan bahwa pendidikan itu menyenangkan. Selain belajar, kami ngajak anak-anak ngelola tanah disekitar rumah mereka semisal nanem cabe, diajarin nari dayak, art day tiap sebulan sekali. Perkembangan anak secara garis besar kami bagi dua: pertama adalah anak-anak yang kita persiapkan untuk memang mengikuti pelajaran, atau yang kedua adalah anak-anak yang kita persiapkan untuk mengikuti pelajaran alternatif. Misalnya gini, anak ini jago matematika, jago dalam mengikuti pelajaran sesuai kurikulum, maka mereka bisa diperjuangkan lewat kurikulum tadi. Tapi buat anak-anak yang tidak bisa, kita harus mencari jalan lain, apa yang bisa kita lakukan buat dia. Yang mereka punya apa, yang mereka mampu apa, yang mereka suka apa, itu yang dikembangkan.

Berapa jumlah anak didiknya?
Total ada 24 anak, tinggalnya di lingkungan sini juga dan mereka belum ada yang ngejalanin pendidikan formal.

Adakah semacam pembagian kelas atau tingkat?
Kami membagi kelas berdasarkan kemampuan anak, jadi bukan ngikutin umurnya. Jadi ada 4 kelas: Kelas A itu untuk anak-anak yang baru belajar gimana bentuknya huruf A B C, bentuk angka, mungkin setingkat PAUD/TK. Kelas B belajar setingkat kurikulum kelas 1-3 SD, Kelas C setingkat kelas 4-6 SD. Dalam konsepan kami ada Kelas D untuk setingkat SMP-SMA tapi belum ada anak didik yang ngisi, sih.

Trus, ada ulangan atau ujian gitu nggak? Nggak ada, SR sekolah rock and roll. Haha. Tapi untuk naik kelasnya tetep ada, dilihat dari perkembangan dan kemampuan anak. Rapor juga nggak ada, paling semacam catatan harian untuk liat kemampuannya sampai mana.

Sekolah Alam (dok. pribadi)

Kelasnya ada tiap hari apa aja?
Jumat, Sabtu, dan Minggu dari jam 4 sampai sekitar jam 6. Nggak ada jadwal pelajarannya, tergantung mereka mau belajar apa. Jadi kalo hari ini mereka mau belajar Bahasa Indonesia, it’s okay, kita akan ngasih pelajaran bahasa indonesia. Kalo mereka cuma mau datang mainan juga nggak masalah. Tapi kalo misalnya mereka pengen matematika melulu nanti dibilangin, “Ah masa matematika mulu nih,” gitu. Dipancing buat belajar yg lain.

Pengajarnya ada berapa orang?
Temen-temen yang rutin dateng dan emang intens ngelola Sekolah Rakyat ada sekitar 10 orang, trus ditambah volunteer yang dateng silih berganti, cukup banyak juga. Bahkan kadang bisa dua anak didampingi satu pengajar, jadi ngajarnya lebih intensif dan diskusinya pun lebih enak.

Sejauh ini gimana progres anak-anak didik dan program SR sendiri?
Bisa dibilang berkembang dengan baik lah, mengingat dulu waktu awal mulai, belajarnya di rumah salah satu warga, dengan 28 anak dan 6 pengajar, nggak ada lampu dan listrik. Padahal waktu ngajarnya tiap hari dari sore sampai malem, jadilah kita bawa-bawa lilin dan lampu teplok sendiri. Sekarang tempatnya lebih enak, di teras jadi nggak sumpek, lebih luas juga. Perlengkapan seperti meja dan buku juga udah lebih banyak. Trus semakin SR dikenal, semakin banyak juga yang mengajukan diri jadi sukarelawan.


Sebelum di bangun atap (dok. pribadi)

Pendanaannya SR berasal darimana?
Pendanaan biasanya dari sumbangan dan volunteer, bantingan. Nih, kayak ngebangun atap ini (teras SR dulu belum ada atapnya.red), meja lipat, buku-buku, papan tulis. SR ini independen, kami nggak mau jadi di bawah atau di atas apapun, maka untuk pendanaan, kami menerima siapa aja yang ingin membantu, tapi kami nggak pengen kalo kemudian jadi diatur oleh pemberi dana.

Menurut kamu, apa yang saat ini paling diperlukan SR?
Nah ini, aku juga banyak nerima pertanyaan ini dari volunteer. Aku cuma bilang, dateng aja ke SR. Kamu yang nentuin menurut kamu SR perlu apa, karena aku lebih pengen kalian liat dulu. Jadi kami nggak pengen nuntut “kami perlu papan tulis” gitu. Kalo menurut kamu kami perlu papan tulis, silahkan kasih papan tulis.

Pesan apa yang pengen kamu tanamkan ke mereka?
Tidak berhenti belajar, karena belajar tidak hanya di sekolah. Hidup adalah belajar. Sesuai slogan SR: Belajar sama-sama, sama-sama belajar. 
Alam raya sekolahku, semua orang itu guru. 

Initiator, headmaster, and our interviewee: Fahrozi Robyanto (dok. pribadi)

--------------------------

Terinspirasi dan ingin menyumbang? Interaksi lebih lanjut dengan Sekolah Rakyat bisa melalui @sekolah_rakyat atau @ociRBY. 
Baca selengkapnya »

ORANG: Muhammad Ami dan IYC



“Kita Yang Menentukan!” adalah tagline dari kegiatan yang diselenggarakan oleh Indonesia Youth Conference (IYC), sebuah komunitas yang bergerak menyuarakan dan mewadahi aspirasi anak-anak muda dan mewujudkannya ke dalam gerakan-gerakan nyata. Muhammad Ami, pemuda 18 tahun lulusan SMKN 1 yang selalu memiliki semangat besar untuk maju, melihat IYC sebagai kesempatan untuk mengembangkan dirinya dan juga kotanya tercinta, Balikpapan. Dengan tekad kuat dan inisiatifnya dalam melakukan perubahan, Ami mengikuti seleksi dan kemudian terpilih menjadi salah satu Delegasi Forum IYC 2012.

Halo, Ami! Sebelumnya boleh dijelasin dulu nggak, sebenernya IYC itu apa sih?
IYC itu komunitas penggerak yang melibatkan perwakilan pemuda pemudi terpilih dari seluruh Indonesia untuk bersama-sama berbagi masalah dan ide mengenai kondisi daerahnya, serta membahas isu-isu terkini, dan apa yang bisa dilakukan untuk menanganinya. Kegiatan utamanya ada dua, yaitu Forum dan Festival. Forum diadakan setiap 2 tahun sekali, dengan mengundang duta dan delegasi dari tiap provinsi. Mereka kemudian mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pelatihan dan lokakarya dari berbagai narasumber yang expert di bidangnya untuk memaksimalkan potensi mereka sebagai agen perubahan. Sementara Festival diadakan tiap tahun, berupa seminar dan lokakarya yang dapat dikunjungi siapapun yang membeli tiket masuk. Sesi seminar dan lokakaryanya membahas berbagai macam isu seperti kepemerintahan, politik, jurnalisme, olahraga, dan lain-lain.

Kamu terpilih sebagai Delegasi. Tadi kamu nyebutin kalo yang ikut Forum ada Duta dan Delegasi, bedanya apa?
Jadi, Duta dan Delegasi ini kan menerima pelatihan selama 3 hari di Jakarta. Pelatihan ini bertujuan untuk membekali kami dalam menjalankan proyek di daerah masing-masing, yang sebelumnya sudah kami rencanakan bersama selama Forum. Nah, seorang duta wajib mewujudkan proyeknya dengan tenggat waktu 2 tahun. Kalo dalam 2 tahun proyeknya nggak jadi dia akan dikenakan penalti atau hukuman. Tapi segala fasilitas dan akomodasi duta dibiayai oleh IYC. Sementara delegasi, pengadaan proyek itu hanya dianjurkan tapi tidak wajib. Fasilitas dan akomodasi kami tanggung sendiri, nginepnya jadi beda-beda tempat. Ada yang di asrama, ada yang di rumah temen.

Proses kamu ikutnya gimana?
Awalnya aku apply buat jadi duta, sayangnya gagal. Tapi karena aku pengen banget jadi bagian dari IYC ini kemudian aku daftar untuk delegasi. Waktu itu proses seleksi delegasinya ada dua tahap. Dari tahap pertama dipilih 33 orang, kemudian dari tahap kedua dipilih 33 orang lagi. Aku keterima di tahap kedua. Kemudian dari total 66 itu diseleksi lagi 33 project terbaik, itulah yang kemudian menjadi delegasi dan bisa mengikuti forum di Jakarta. Selain dilihat ide projectnya, dipertimbangkan juga seberapa aktif kamu berkontribusi untuk daerah kamu, aktif di komunitas dan kegiatan kepemudaan, ikut aktivitas apa aja.

Kalo kamu sendiri aktif di kegiatan apa aja di Balikpapan?
Dari dulu aku cukup aktif di kepemudaan, misalnya di Jamboree Pemuda Indonesia, menjadi advisor muda di English Community Balikpapan, humas di Forum Duta Wisata Balikpapan.

Trus, apa aja yang kamu dapat selama di Forum?
Wah banyak! Di forum dapet banyak sesi seperti lokakarya, volunteering, leadership dari UNDP, public speaking, sosial and media networking dari pimpinan redaksi YES. Sesi project management, untuk membantu merealisasikan project para duta dan delegasi. Selama di forum aku bener-bener ngerasa energinya, semangat anak muda untuk melakukan perubahan. Ada salah satu duta yang saat ditanya cita-citanya, dia bilang kalo dia ingin menyelesaikan studi S1, lalu lanjut S2 ke Jepang, kemudian kembali ke daerahnya menjadi petani. Mungkin kalo kita bakal mikir ih kenapa udah capek-capek S2 ke Jepang cuma mau jadi petani, ya tapi itulah semangatnya dia untuk memajukan provinsinya dia.


 Seperti apa proyek yang akan kamu kerjakan?
Aku concern-nya ke pendidikan, sekolah gratis. Ide awalku adalah tempat yang dinamakan "Gubugan", Gudang Buku Balikpapan. Jadi pengennya ada tempat yang bener-bener cozy untuk baca buku, dimana disana juga ada teaching class. Cuma setelah didiskusikan kemudian ada beberapa perubahan. Ini aku mengawalinya dengan seminar untuk ngebangun awareness masyarakat, dan juga untuk membentuk tim yang solid. Karena itu juga aku membentuk IYCers Kaltim. Jadi kedepannya kalo udah dapet tempat dan timnya, nanti agar merekalah yang jadi teachernya. Tapi itu masih tentatif karena dari hasil diskusi dengan steering committee IYC kita pengennya bisa terus / rutin ngadain seminar seperti gini, dengan ngedatengin pembicara dari Jakarta. Tujuannya jadi lebih ke youth empowerement.

 IYCers Kaltim?
Yep. Komunitas yang aku harap bisa menyebarkan dampak seperti apa yang kurasain saat mengikuti IYC di Jakarta. Dan salah satu visi aku untuk IYCers adalah agar bisa menjadi komunitas yang tidak hanya sekedar eksis tapi juga menciptakan impact. Cara bergabungnya nanti juga tidak hanya sekedar formulir, kita ingin tahu project apa yang sudah dibuat, hal sekecil apapun. Untuk mengikat komitmennya juga. Lalu rencananya anggota IYCers nanti berkesempatan mendapatkan pelatihan yang intinya kurang lebih seperti yang aku dapet waktu Forum IYC. Saat ini anggota internalnya 17 orang.

Kalo pengen ikut tapi belum pernah bikin project apa-apa, gimana?
Akan dipertimbangkan keaktifan individu dan tentu yang paling utama adalah komitmennya untuk berkontribusi. Pada dasarnya, kami terbuka kok pada siapapun yang ingin bergabung, hanya saja kami tidak ingin gabung sekedar untuk numpang eksis, begitu. Pelatihan yang kami berikan pada anggota juga bukan bermaksud sebagai eksklusifitas, harapannya dengan menguatkan anggota internal nantinya bisa memberikan pengaruh baik yang lebih luas lagi.


Permasalahan apa yang paling kamu sorot dari Balikpapan?
SDM anak muda. Supaya bener bener ngebentuk dari sekarang, penting buat tau passion mereka apa sedini mungkin. Karena yang aku liat masih banyak yang belum tau bahkan cenderung nggak peduli, sehingga untuk mengkritisi keadaan dan melakukan perubahan bisa dibilang sulit, karena mereka terbiasa dengan tidak adanya hal-hal yang seharusnya ada.

Pesan apa yg pengen kamu sampaikan ke anak muda Balikpapan?
Bukan anak Balikpapan aja sih, kita pengennya bisa merangkul anak muda se Kalimantan Timur. Yang pasti supaya mereka bisa menemukan apa yg menjadi ketertarikan mereka, fokus disitu, kemudian jadi bagian dari kemajuan provinsi Kalimantan Timur melalui aksi nyata.

----------------------------
  Project yang sedang dikerjakan Ami bisa diikuti di blog IYCers Kaltim atau @IYCersKaltim, dan Ami bisa dihubungi di @Ami_ECB.
Baca selengkapnya »

About Lorem

Diberdayakan oleh Blogger.

Flickr Gallery